Review Boys State: Dokumenter Pelajaran Politik AS yang Mengerikan

Review Boys StateSutradara: Amanda McBaine, Jesse Moss Pemain: Steven Garza, Ben Feinstein, Rene Otero, Robert Macdougal Durasi: 105 menit Studio: Apple TV+

***

Boys State bisa jadi merupakan dokumenter terbaik sepanjang tahun 2020, sejauh ini. Hal ini memberikan sebentuk penghargaan tambahan untuk koleksi film orisinal yang diproduksi oleh Apple TV+. Platform ini kini semakin menancapkan diri dengan produksi konten yang semakin berkualitas.

Dokumenter ini memberikan gambaran akan sebuah realita pandangan hidup anak remaja AS, terutama mengenai sudut pandang politik mereka.

Anak-anak muda yang seharusnya progresif, terpaku pada sebuah ide bernama “menang” dalam proses demokrasi yang mereka lakukan di summer camp tersebut.

Walaupun mereka memiliki pandangan politik yang sangat progresif, mereka akan mengesampingkannya. Dan melakukan apapun untuk menang.

Sinopsis Boys State: Berlatih jadi politisi di usia muda

Boys State merupakan sebuah acara tahunan yang diadakan oleh The American Legion. Film ini bersetting di Texas, AS. Di awal film kita diperlihatkan bagaimana anggota The American Legion mewawancarai anak-anak muda untuk ikut berpartisipasi dalam Boys State.

Setelah lolos, mereka akan bergabung bersama ribuan anak lainnya dari beragam kota lain di Texas. Di sana, mereka akan menjalankan beragam kegiatan politik pemerintahan.

Mereka dibagi menjadi dua buah partai besar: Nasionalist dan Federalist. Layaknya dua partai besar di AS: Demokrat dan Republikan. Hanya saja, sang anak-anak diminta untuk menentukan sendiri pandangan partai mereka.

Dari sana, mereka akan bersaing untuk mencalonkan nama-nama perwakilan partai untuk mengisi pos-pos penting. Mulai dari kursi jaksa agung, anggota dewan, hingga gubernur Texas.

Setelahnya, mereka melakukan beragam kegiatan politik pemerintahan layaknya seorang politisi. Mencari dukungan dari konstituen, debat antarkandidat, lobi-lobi politik, sampai kampanye.

Ketika itulah dokumenter ini menjadi lebih menarik sekaligus menakutkan. Membayangkannya saja membuat saya gemetar menuliskan review Boys state ini.

Akan lakukan apapun untuk menang

Jika dibaca sekilas, Boys State terlihat seperti ajang main-main. Dan memang, ketika ribuan remaja laki-laki berkumpul mereka akan bercanda. Seperti mengajukan undang-undang untuk melarang nanas di atas pizza di Texas, misalnya.

Tapi, Boys State juga tidak sebercanda itu. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Ada banyak alumninya yang mendapatkan posisi penting di pemerintahan AS. Bahkan menjadi presiden. Alumninya seperti Bill Clinton, Dick Cheney, Cory Booker, Samuel Alito, hingga Roger Ebert.

Jajaran alumi tersebut menjadikan kita tidak bisa melihatnya sebagai sebuah candaan dan guyonan. Mereka yang ada di sana bisa menduduki posisi penting di pemerintahan AS suatu saat nanti. Atau menjadi publik figur berpengaruh di kemudian hari.

Bayangan tersebut menjadi mengerikan ketika para remaja di Boys State rela melakukan apapun, bahkan mengesampingkan pandangan politik progresif mereka, untuk menang.

Hal inilah yang jelas dilakukan oleh para ‘tokoh utama’ di Boys State. Bagaimana mereka berkompromi untuk terus mendukung hak kepemilikan senjata api, melarang aborsi, dan beragam hal lainnya.

Mereka tidak ingin yang terbaik untuk negara atau ‘state’ mereka. Yang mereka lakukan adalah berkompromi dengan mendukung beragam kebijakan kontroversial untuk mendapatkan banyak suara.

Boys State menjadi sebuah refleksi betapa mengerikannya praktik politik di AS. Bagaimana demokrasi, yang digadang-gadang sebagai sebuah sistem pemerintahan terbaik, memiliki sebuah cacat besar.

Mereka yang ingin menjalankan pemerintahan di negara demokrasi bukan harus memiliki kebijakan yang terbaik, tapi yang didukung suara terbanyak. Jadi, sebuah pandangan politik yang progresif akan selalu kalah oleh yang menang.

***

Tidak hanya review Boys State, baca juga beragam review film lain di menonton.id.

Ryan Achadiat
Ryan Achadiat
Ryan sempat jadi editor dan penulis majalah film bulanan dan wartawan. Sebelum banting setir jadi SEO & Content Manager perusahaan startup.
ARTIKEL TERKAIT

Terbaru

Artikel Lainnya

Lainnya Dari Penulis