Menonton.id mendapat kesempatan istimewa untuk menghadiri pemutaran perdana My Annoying Brother (2024) sebagai film pembuka di KIFF Korea Indonesia Film Festival 2024 yang berlangsung di CGV Grand Indonesia, Jakarta.
My Annoying Brother adalah sebuah film drama keluarga Indonesia yang disutradarai oleh Dinna Jasanti. Diproduksi oleh Lifelike Pictures dan Base Entertainment dalam kerja sama dengan CJ Entertainment, film ini merupakan remake dari film Korea Selatan dengan judul yang sama yang dirilis pada tahun 2016.
Bagi penggemar film asli, remake ini mungkin terasa seperti nostalgia, namun dengan sentuhan lokal yang sangat kental, mulai dari dialog hingga selera humornya.
Di Menonton.id, kami memberikan film ini rating 3.5 dari 5 bintang, karena meskipun terasa akrab, film ini tetap berhasil menghadirkan emosi yang menyentuh dan tawa yang menghibur.
Sinopsis My Annoying Brother
Cerita My Annoying Brother mengikuti perjalanan dua bersaudara yang selama bertahun-tahun hidup terpisah. Jaya (Vino G. Bastian), si kakak yang berkepribadian slengean dan penuh trik, mendapatkan kesempatan keluar dari penjara dengan dalih bahwa ia harus merawat adiknya, Kemal (Angga Yunanda), seorang atlet judo berbakat yang mengalami kebutaan akibat kecelakaan tragis di lapangan. Mereka berdua tidak pernah memiliki hubungan yang akrab, dan trauma masa lalu membuat jarak di antara mereka semakin besar.
Namun, keadaan memaksa Jaya dan Kemal untuk tinggal bersama, dan dari sinilah perjalanan emosional mereka dimulai. Jaya, yang awalnya hanya berniat memanfaatkan adiknya untuk bebas dari penjara, perlahan mulai merasakan tanggung jawab sebagai seorang kakak.
Di sisi lain, Kemal harus belajar menerima bantuan dari Jaya, meskipun ia awalnya enggan. Hubungan mereka berkembang, penuh dengan humor dan momen-momen menyentuh yang mengingatkan kita pada pentingnya keluarga, meski tak selalu sempurna.
Di balik itu, ada rahasia yang disimpan Jaya dari Kemal.
Poin Plus dalam My Annoying Brother
Salah satu kekuatan terbesar dari My Annoying Brother adalah chemistry antara Vino G. Bastian dan Angga Yunanda. Mereka berhasil menghidupkan dinamika kakak-adik yang penuh ketegangan tetapi juga menyimpan rasa kasih sayang yang dalam. Dari adegan-adegan penuh humor hingga momen-momen emosional yang menguras air mata, interaksi keduanya terasa sangat alami dan memikat. Vino memerankan Doel dengan penuh energi dan kejailan, sementara Angga menghadirkan Fauzan dengan kejujuran emosional yang menyentuh. Kombinasi ini membuat perjalanan mereka terasa begitu nyata dan relevan.
Selain itu, kehadiran Kristo Immanuel sebagai karakter pendukung yang memberikan warna tersendiri juga patut diacungi jempol. Penampilannya sebagai teman yang setia dan humoris memberikan keseimbangan yang sempurna di tengah cerita yang penuh emosi. Bagi Kristo, ini mungkin adalah salah satu performa terbaiknya tahun ini, dan ia berhasil mencuri perhatian dalam setiap adegan yang ia mainkan.
Humor dalam film ini pun terasa sangat lokal dan relatable, yang membuatnya lebih dekat dengan penonton Indonesia. Beberapa adegan komedi benar-benar memanfaatkan budaya dan kebiasaan sehari-hari yang bisa membuat kita tertawa, bahkan saat kita sedang tenggelam dalam momen-momen yang mengharukan. Adaptasi skenario yang disesuaikan dengan latar Indonesia terasa sangat pas, sehingga film ini terasa familiar, namun tetap menyegarkan.
Dari segi teknis, My Annoying Brother juga terbilang memuaskan. Sinematografi yang apik menangkap suasana kota dan rumah tempat Jaya dan Kemal tinggal, memperkuat nuansa kehangatan dan ketegangan yang menjadi latar cerita mereka. Musik latar yang digunakan juga mendukung perjalanan emosional para karakter, memberikan sentuhan akhir yang membuat adegan-adegan kunci terasa lebih hidup.
Poin Minus dalam My Annoying Brother
Meskipun film ini memiliki banyak kelebihan, ada beberapa kelemahan yang patut dicatat. Sebagai remake, My Annoying Brother bermain cukup aman dan tidak banyak mengambil risiko untuk memberikan sesuatu yang benar-benar baru. Jika kamu sudah menonton versi film Korea Selatan, mungkin kamu akan merasa bahwa film ini terlalu mirip dengan aslinya, meskipun ada beberapa elemen yang disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia. Beberapa penonton mungkin berharap ada twist atau perkembangan cerita yang lebih segar, tetapi film ini memilih untuk tetap setia pada formula yang sudah terbukti berhasil.
Selain itu, meskipun humor dalam film ini menghibur, ada beberapa momen yang terasa berlebihan atau dipaksakan. Tidak semua lelucon berhasil, dan terkadang, penggunaan komedi untuk meringankan momen-momen emosional terasa mengganggu, merusak suasana yang seharusnya lebih dalam dan reflektif. Beberapa adegan juga terasa berjalan terlalu lambat, membuat tempo cerita agak tersendat di beberapa bagian.
Karakter Jaya, meskipun diperankan dengan luar biasa oleh Vino G. Bastian, kadang terasa sedikit karikatural. Motif dan perubahan emosinya, meskipun dapat dimengerti, terkadang terasa terlalu mendadak, sehingga tidak sepenuhnya memberikan dampak yang seharusnya. Di sisi lain, pengembangan karakter Kemal terbilang cukup stabil, tetapi ada beberapa bagian dari perjalanannya yang terasa seperti kurang dieksplorasi.
Review My Annoying Brother: Final Take
Sebagai sebuah remake, My Annoying Brother tidak mencoba untuk melampaui film aslinya, tetapi berhasil menghadirkan kehangatan dan tawa yang tetap menghibur. Dinna Jasanti, sebagai sutradara, tahu betul bagaimana menyeimbangkan humor dan drama dalam cerita yang mengharukan ini. Bagi penonton yang belum menonton versi Korea-nya, film ini mungkin akan terasa segar dan penuh dengan kejutan emosional. Namun, bagi yang sudah akrab dengan versi aslinya, jangan berharap film ini menawarkan sesuatu yang revolusioner.
Vino G. Bastian dan Angga Yunanda membawa energi yang luar biasa dalam peran mereka, membuat perjalanan emosional kakak-adik ini terasa autentik dan relevan. Adaptasi lokal yang dipenuhi humor khas Indonesia menjadi nilai tambah yang membuat film ini terasa dekat dengan penontonnya. Meskipun tidak tanpa kelemahan, My Annoying Brother tetap memberikan pengalaman menonton yang memuaskan, terutama jika kamu menikmati film keluarga yang penuh tawa dan air mata.
Di Menonton.id, film ini mendapatkan rating 3.5 dari 5 bintang. Ini adalah film yang cocok untuk ditonton bersama keluarga atau teman, memberikan pelajaran tentang pentingnya ikatan keluarga, meskipun sering kali penuh dengan konflik dan ketidaksempurnaan. Dengan kehangatan dan humor yang disajikan, My Annoying Brother adalah contoh yang bagus dari remake yang menghormati sumber aslinya sambil memberikan sentuhan baru untuk penonton Indonesia.
Jangan lupa untuk terus menjelajahi dunia hiburan di menonton.id, di mana kamu bisa menemukan artikel-artikel menarik tentang film, serial TV, dan berita hiburan lainnya. Ikuti juga kami di media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, YouTube,TikTok, dan Google News untuk mengetahui berita dan rekomendasi terbaru tentang film.