Dalam review An American Pickle (2020) ini, kita akan membahas betapa film ini menyenangkan. Premisnya yang jenaka, sampai betapa hangatnya pesan yang disampaikan. Hanya saja, ada sesuatu yang kurang sehingga, walaupun menyenangkan ketika ditonton, film ini sepertinya akan cepat dilupakan.
***
Premis An Americak Pickle sangat sederhana.
Seorang imigran Yahudi bernama Herschel Greenbaum (Seth Rogen) tiba di Amerika Serikat tahun 1920. Ia kemudian bekerja di sebuah pabrik acar, menjadi seorang pengusir tikus. Suatu hari, segerombolan tikus menyerang dirinya balik, dan membuatnya tidak sengaja masuk ke dalam larutan acar, dan terjebak di sana selama 100 tahun.
Di tahun 2020, ia ditemukan tidak menua sama sekali. Akhirnya ia menemukan keturunannya yang terakhir, cicitnya, Ben Greenbaum (juga Seth Rogen). Ben adalah mobile app developer yatim piatu karena ibu dan ayahnya meninggak dunia dalam kecelakaan.
Perbedaan pandangan, kepercayaan, dan prinsip hidup antarkeduanya menjadi bensin yang membuat mereka membenci satu sama lain. Walaupun mereka adalah Greenbaum terakhir.
Herschel berhasil membuat sebuah bisnis acar yang sukses disukai banyak orang. Dan Ben yang merasa kehadiran Herschel membuat hidupnya berantakan, berusaha untuk terus menyabotasenya.
Review An American Pickle: Komedi tepat zaman
Sejak menit pertama, film ini sudah mengundang tawa. Tawa satir tentu saja. Ada banyak hal dan bit-bit komedi yang tentunya mengundang tawa. Karena memang cocok dengan kondisi saat ini.
Pujian tentu perlu diberikan pada siapa saja yang bertanggung jawab untuk menulis bit dan bit dari lelucon yang ada. Mulai dari bagaimana Yahudi “menang” karena penemu obat polio adalah orang Yahudi. Sampai dengan beragam joke tentang media sosial dan kehebohan populernya.
Salah satu satir yang sangat mengena dalam film ini adalah bagaimana pandangan “kanan” atau konservatif sudah sangat outdated atau ketinggalan zaman. Padahal, pandangan tersebut masih banyak (dan kembali muncul lebih banyak lagi) di era modern seperti sekarang.
Seth Rogen yang memerankan dua karakter juga bermain dengan sangat baik. Ketika menjadi Herschel, Rogen tampak sangat menikmatinya. Karena sangat jarang ia memerankan seorang kolot yang konservatif, bigot, rasis, dan seksis. Dan ketika menjadi Ben, ia menjadi dirinya sendiri.
Pada intinya, film ini berkisah tentang sebuah hubungan keluarga, seberapa pun jauhnya, tetap kuat. Seberapa pun berbedanya pandangan, kepercayaan, dan filosofi hidup, keluarga harus saling membantu satu sama lainnya.
Pesan ini, walau baik tujuannya, juga sebenarnya terlalu general. Tidak terlalu spesifik sehingga tidak terlalu spesial.
Hal inilah yang menjadi kekurangan An American Pickle. Walaupun saat menonton, dan beberapa saat setelahnya, kita akan merasa hangat dan senang karena film ini. Tapi film ini tampaknya tidak akan mudah diingat di masa mendatang. Bahkan, bisa jadi akan mudah untuk dilupakan.
Film ini mendapatkan rating yang cukup buruk di IMDb, tapi cukup baik di RottenTomatoes. Bagi saya, film ini memang sebuah komedi yang patut ditonton, terutama saat ini. Saat komedinya lebih relevan dengan zaman.
***
Tidak hanya review An American Pickle, baca juga review lainnya hanya di menonton.id.