Akira Kurosawa adalah salah satu sutradara film paling berpengaruh dan terkenal di dunia.
Ia dikenal sebagai master film Jepang yang menghasilkan karya-karya luar biasa dalam berbagai genre, seperti drama, samurai, thriller, dan komedi.
Film-filmnya tidak hanya populer di Jepang, tetapi juga di Barat, di mana banyak sutradara terinspirasi oleh gaya dan tekniknya.
Beberapa filmnya bahkan diadaptasi menjadi film Hollywood yang sukses, seperti The Magnificent Seven (1960) dari Seven Samurai (1954), A Fistful of Dollars (1964) dari Yojimbo (1961), dan Star Wars: Episode IV – A New Hope (1977) dari The Hidden Fortress (1958).
Dalam karirnya yang panjang, Kurosawa telah menyutradarai 30 film, yang semuanya memiliki kualitas tinggi dan nilai artistik.
Namun, di antara sekian banyak filmnya, ada beberapa yang dianggap sebagai karya terbaiknya, yang menampilkan kemampuan dan visinya sebagai seorang seniman.
Berikut adalah 9 film akira kurosawa terbaik yang wajib kamu tonton, baik sebagai penggemar film maupun sebagai penikmat seni.
Daftar Isi
Rekomendasi Film Akira Kurosawa yang Harus Ditonton Sinefil
Rashomon (1950)
Film ini adalah film yang membuat nama Kurosawa dikenal di dunia internasional, setelah memenangkan Golden Lion di Festival Film Venesia pada tahun 1951.
Rashomon juga memperkenalkan teknik narasi yang inovatif dan revolusioner, yaitu menggunakan sudut pandang berbeda untuk menceritakan sebuah peristiwa.
Film ini bercerita tentang pembunuhan seorang samurai dan perkosaan istrinya di hutan, yang disaksikan oleh empat orang: seorang bandit, istri samurai, roh samurai, dan seorang pengemis.
Namun, keempat orang tersebut memberikan kesaksian yang berbeda-beda dan saling bertentangan, sehingga membuat penonton bingung siapa yang berkata jujur.
Film ini mengajukan pertanyaan filosofis tentang sifat manusia, kebenaran, dan keadilan.
Rashomon juga menampilkan akting yang luar biasa dari para pemainnya, terutama Toshiro Mifune sebagai bandit yang liar dan karismatik.
Film ini adalah salah satu film akira kurosawa terbaik yang menunjukkan kejeniusan dan keberanian sutradaranya dalam menciptakan karya yang orisinal dan bermakna.
Ikiru (1952)
Film ini adalah salah satu film paling menyentuh dan mengharukan yang pernah dibuat oleh Kurosawa.
Film ini bercerita tentang seorang pegawai negeri tua bernama Kanji Watanabe (diperankan oleh Takashi Shimura), yang hidupnya monoton dan tanpa makna.
Suatu hari, ia mengetahui bahwa ia menderita kanker lambung dan hanya memiliki beberapa bulan untuk hidup.
Ia kemudian mencoba mencari arti hidupnya dengan melakukan berbagai hal, seperti pergi ke bar, bermain-main dengan wanita muda, dan bergabung dengan kelompok aktivis.
Namun, ia tidak merasa puas dengan hal-hal tersebut. Akhirnya, ia menemukan tujuan hidupnya dengan membantu sekelompok ibu untuk membangun taman bermain di daerah kumuh.
Film ini adalah sebuah kritik sosial terhadap birokrasi dan korupsi yang merajalela di Jepang pasca perang.
Film ini juga merupakan sebuah refleksi tentang makna hidup dan kematian, serta pentingnya melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Ikiru menggugah hati dan pikiran penonton dengan cara yang halus dan elegan, tanpa menggunakan melodrama atau sentimentalitas berlebihan.
Film ini adalah sebuah mahakarya humanis yang menginspirasi banyak orang untuk hidup lebih baik.
Seven Samurai (1954)
Film ini adalah film samurai paling terkenal dan paling berpengaruh yang pernah dibuat.
Seven Samurai bercerita tentang tujuh samurai yang disewa oleh sebuah desa miskin untuk melindungi mereka dari serangan sekelompok bandit.
Film ini menampilkan aksi pertempuran yang spektakuler dan mendebarkan, yang menggunakan kamera gerak, potongan cepat, dan musik dramatis.
Film ini juga menampilkan karakterisasi yang mendalam dan kompleks dari para samurai, yang masing-masing memiliki kepribadian, latar belakang, dan motivasi yang berbeda.
Seven Samurai juga mengeksplorasi tema-tema seperti kehormatan, kesetiaan, kelas sosial, dan perubahan zaman.
Film ini adalah sebuah epik yang menggabungkan unsur-unsur drama, komedi, tragedi, dan romansa.
Tidak hanya itu, film ini juga memiliki pengaruh besar bagi film-film lain, baik di Jepang maupun di Barat.
Film ini adalah sebuah klasik abadi yang menunjukkan kecintaan Kurosawa terhadap genre samurai dan budaya Jepang.
Throne of Blood (1957)
Film ini adalah adaptasi bebas dari tragedi Shakespeare, Macbeth.
Throne of Blood mengambil latar belakang Jepang abad ke-16, di mana seorang panglima perang bernama Washizu (diperankan oleh Toshiro Mifune) mendapat ramalan dari seorang dukun bahwa ia akan menjadi penguasa kastil Utara.
Didorong oleh ambisi dan hasutan istrinya, Lady Asaji (diperankan oleh Isuzu Yamada), ia kemudian membunuh tuannya dan merebut tahtanya.
Namun, ia juga harus menghadapi konsekuensi dari perbuatannya, yaitu pengkhianatan, paranoia, dan hukuman ilahi.
Film ini adalah sebuah interpretasi yang brilian dan orisinal dari karya Shakespeare, yang menggunakan unsur-unsur budaya Jepang, seperti teater Noh, musik tradisional, dan kostum samurai.
Throne of Blood juga menggunakan teknik sinematografi yang canggih dan artistik, seperti penggunaan kabut, bayangan, dan simbolisme.
Film ini juga menampilkan akting yang luar biasa dari para pemainnya, terutama Mifune yang memerankan Washizu dengan intensitas dan ekspresi yang luar biasa.
Film ini adalah salah satu film akira kurosawa terbaik yang menampilkan kemampuannya dalam mengadaptasi karya sastra Barat dengan gaya Jepang.
Yojimbo (1961)
Yojimbo adalah film samurai yang penuh dengan humor gelap dan ironi.
Film ini bercerita tentang seorang ronin (samurai tanpa tuan) bernama Sanjuro (diperankan oleh Toshiro Mifune), yang datang ke sebuah kota kecil yang dikuasai oleh dua kelompok gangster yang saling bersaing.
Ia kemudian memanfaatkan situasi tersebut dengan menjual jasanya kepada kedua kelompok tersebut secara bergantian, sambil merencanakan untuk menghancurkan mereka semua.
Namun, rencananya tidak berjalan mulus ketika ia bertemu dengan seorang pemilik toko makanan yang baik hati dan seorang wanita muda yang menjadi sandera.
Film ini adalah sebuah satire terhadap genre samurai dan masyarakat Jepang pada masa itu.
Yojimbo juga merupakan sebuah homage terhadap film-film western Amerika, terutama film-film John Ford.
Film ini menggunakan banyak unsur komedi, seperti dialog lucu, situasi absurd, dan karakter konyol.
Namun, film ini juga memiliki adegan-adegan kekerasan yang brutal dan realistis, yang menunjukkan sisi gelap dari dunia samurai.
Film ini adalah sebuah film samurai yang unik dan menyenangkan, yang menampilkan karakter Sanjuro sebagai antihero yang cerdas dan karismatik.
High and Low (1963)
High and Low adalah sebuah film kriminal yang dibuat oleh Akira Kurosawa pada tahun 1963.
Film ini dibintangi oleh Toshiro Mifune, Tatsuya Nakadai, dan Kyōko Kagawa.
Film ini diadaptasi dari novel King’s Ransom karya Ed McBain, yang merupakan bagian dari seri 87th Precinct.
High and Low adalah salah satu film akira kurosawa terbaik yang menampilkan tema-tema seperti keadilan, keserakahan, kesetiaan, dan pengorbanan.
Film ini juga merupakan sebuah kritik sosial terhadap sistem kapitalis dan birokratis yang ada di Jepang pada masa itu.
Film ini adalah sebuah film yang sarat dengan ketegangan dan drama, yang menggambarkan konflik moral dan emosional dari tokoh utamanya.
High and Low juga menunjukkan keterampilan Kurosawa dalam mengatur adegan-adegan film, baik yang statis maupun yang dinamis.
Film ini juga menggunakan teknik-teknik sinematografi yang canggih dan artistik, seperti penggunaan sudut kamera, pencahayaan, dan warna.
Film ini juga didukung oleh akting yang luar biasa dari para pemainnya, terutama Mifune yang memerankan Gondo dengan ekspresi yang kuat dan mendalam.
Red Beard (1965)
Film ini adalah film terakhir yang dibuat oleh Kurosawa dengan bintang utamanya, Toshiro Mifune.
Film ini bercerita tentang seorang dokter muda bernama Yasumoto (diperankan oleh Yuzo Kayama), yang ditugaskan untuk bekerja di sebuah rumah sakit miskin yang dipimpin oleh seorang dokter tua bernama Niide (diperankan oleh Toshiro Mifune), yang dijuluki Red Beard karena jenggotnya yang merah.
Awalnya, Yasumoto tidak senang dengan penempatannya dan merasa rendah diri dengan pasien-pasien yang menderita penyakit dan kemiskinan.
Namun, ia perlahan-lahan belajar dari Red Beard tentang nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, dan pengabdian.
Film ini adalah sebuah film yang panjang dan epik, yang berdurasi hampir tiga jam.
Film ini menampilkan banyak adegan-adegan yang menggambarkan kehidupan dan penderitaan orang-orang miskin di Jepang pada abad ke-19.
Red Beard juga menampilkan banyak adegan-adegan yang mengharukan dan menginspirasi, seperti ketika Red Beard menyelamatkan seorang gadis yang menjadi budak seks, ketika Yasumoto merawat seorang anak yatim piatu, dan ketika Red Beard berjuang melawan seorang penguasa korup.
Film ini adalah sebuah film yang mengajarkan tentang kasih sayang dan kewajiban sebagai seorang dokter dan sebagai seorang manusia.
Ran (1985)
Ran adalah film terakhir yang dibuat oleh Kurosawa dengan genre samurai.
Film ini juga adalah adaptasi bebas dari tragedi Shakespeare, King Lear.
Film ini mengambil latar belakang Jepang abad ke-16, di mana seorang raja tua bernama Hidetora (diperankan oleh Tatsuya Nakadai), memutuskan untuk pensiun dan membagi kerajaannya kepada ketiga putranya: Taro, Jiro, dan Saburo.
Namun, keputusannya tersebut menimbulkan konflik dan perselisihan di antara putra-putranya, yang akhirnya menyebabkan perang saudara yang dahsyat.
Hidetora sendiri harus menghadapi akibat dari kesalahannya, yaitu kehilangan keluarga, kekuasaan, dan akal sehatnya.
Film ini adalah sebuah film yang megah dan spektakuler, yang menggunakan ratusan aktor, kostum mewah, dan latar belakang alam yang indah.
Film ini juga menampilkan aksi pertempuran yang luar biasa dan brutal, yang menggunakan warna-warna kontras untuk menunjukkan emosi dan karakter dari para pejuang.
Ran juga menampilkan akting yang luar biasa dari para pemainnya, terutama Nakadai yang memerankan Hidetora dengan ekspresi yang menyayat hati.
Film ini adalah sebuah film yang mengeksplorasi tema-tema seperti ambisi, keserakahan, pengkhianatan, kesetiaan, dan penderitaan.
Dreams (1990)
Film ini adalah film paling pribadi dan autobiografis yang dibuat oleh Kurosawa.
Film ini terdiri dari delapan segmen pendek, yang masing-masing menggambarkan mimpi-mimpi atau pengalaman hidup Kurosawa.
Beberapa segmen tersebut antara lain:
- Sunset (menggambarkan seorang anak kecil yang bertemu dengan rubah-rubah di hutan),
- The Peach Orchard (menggambarkan seorang anak laki-laki yang menyaksikan pesta boneka-boneka di kebun persik),
- The Blizzard (menggambarkan sekelompok pendaki gunung yang tersesat dalam badai salju),
- The Tunnel (menggambarkan seorang komandan tentara yang bertemu dengan para prajuritnya yang tewas dalam perang),
- Crows (menggambarkan seorang penggemar seni rupa yang masuk ke dalam lukisan-lukisan Vincent van Gogh),
- Mount Fuji in Red (menggambarkan bencana nuklir di Jepang),
- The Weeping Demon (menggambarkan dunia pasca-apokaliptik yang dihuni oleh iblis-iblis), dan
- Village of the Watermills (menggambarkan sebuah desa yang hidup secara harmonis dengan alam).
Film ini adalah sebuah film yang indah dan artistik, yang menggunakan efek visual yang menakjubkan dan musik yang menyentuh.
Dreams juga menampilkan banyak simbolisme dan metafora, yang menggambarkan pandangan dan perasaan Kurosawa terhadap dunia, seni, dan hidup.
Film ini adalah sebuah film yang merupakan warisan dan pesan dari Kurosawa kepada generasi berikutnya.
***
Demikianlah artikel tentang 9 film akira kurosawa terbaik yang wajib kamu tonton.
Semoga artikel ini dapat memberikanmu wawasan dan inspirasi tentang karya-karya luar biasa dari salah satu sutradara terbaik sepanjang masa.
Jika kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa untuk membaca artikel-artikel lainnya tentang film, tv series, dan berita hiburan lainnya di menonton.id. Ikuti juga kami di media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan YouTube untuk mengetahui berita dan rekomendasi terbaru tentang film.