Black Lives Matter. Bagi kita, orang Indonesia, hal yang paling bisa kita lakukan untuk mendukung gerakan ini adalah dengan mempelajari gerakan anti-rasisme di Amerika Serikat lewati film Black Lives Matter yang direkomendasikan aktivis. Kemudian berempati dengan apa yang terjadi.
Kasus pembunuhan George Floyd oleh kepolisian Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat memicu kembalinya gerakan masyarakat. Tidak hanya di Amerika Serikat, tapi juga di dunia.
Kita yang berada di Indonesia mungkin tidak mengetahui akan apa yang dirasakan oleh People of Color di Amerika Serikat. Tapi paling tidak, kita bisa mendukung pergerakan mereka yang menuntut kesetaraan dan keadilan.
Di era modern seperti sekarang, sepertinya garis-garis pembatas antarmanusia sudah tidak boleh menjadi hal yang saling membedakan hak. Tidak ada ras, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, agama, kepercayaan, orientasi seksual, bahkan usia di mana yang satu lebih superior dibandingkan lainnya. Seluruh manusia terlahir sama, dan pantas untuk mendapatkan hak juga kesempatan yang sama.
Lantang berteriak #BlackLivesMatter di jalanan maupun di media sosial dan Internet bukan berarti mengesampingkan warna kulit lainnya. Ini adalah sebuah perlawanan dari opresi dan diskriminasi selama ratusan tahun di Amerika Serikat. Dan semangat ini, juga mewakili banyak minoritas dan ras lainnya. Apapun warna kulitnya. Apapun bahasanya. Apapun rasnya.
Diskriminasi juga terjadi di Indonesia. Minoritas banyak tersingkirkan oleh mayoritas. Hak masyarakat tidak sama untuk semua. Hak akan hukum, ekonomi, politik, hingga agama seringkali tidak ditegakkan dengan adil. Seakan suatu kelompok memiliki hak istimewa di atas kelompok lainnya.
Mendengarkan semangat Black Lives Matter lewat film
Ada banyak film bertema rasial yang bisa ditonton. Terutama jika kita memang ingin mempelajari sejarah dan juga diskriminasi yang terjadi di Amerika Serikat.
Hanya saja tidak sedikit juga film-film yang membahas isu rasialisme dengan cerita white savior. Di mana di dalamnya terdapat seorang karakter kulit putih yang ‘menyelamatkan’ people of color.
Hal ini sama sekali tidak membantu membasmi masalah rasialisme di dunia nyata; walaupun film-film white savior ini sering diangkat dari kisah nyata. Justru sebaliknya, film-film seperti ini bisa membuat rasialisme tetap tertanam di dalam benak penonton; dengan meyakini bahwa hanya orang kulit putih yang bisa menyelamatkan people of color.
Film-film ini juga seringkali membuat asumsi yang salah tentang hal sedang terjadi di dunia. Film bertema rasial dengan karakter white savior di dalamnya banyak yang tidak akurat secara sejarah. Selain juga memberikan kesan bahwa kini dunia sudah tidak rasis; padahal kenyataannya, kasus seperti yang dialami George Floyd masih bisa terjadi.
Itulah kenapa film-film ini bisa menyesatkan (misleading) dalam pergerakan seperti Black Lives Matter.
Mempelajari, mengenal, dan merasakan rasialisme tidak bisa dilakukan dengan menonton film-film white savior. Mississippi Burning (1988), Glory (1989), Freedom Writers (2007), The Blind Side (2009), The Help (2011), 12 Years a Slave (2013), Hidden Figures (2016), atau bahkan Green Book (2018) yang memenangkan Piala Oscar 2019, adalah beberapa judul dari banyak film yang merupakan film white savior.
Tidak ada yang meragukan kualitas teknis film-film tersebut. Hanya saja tidaklah tepat untuk mempelajari isu rasial lewat film-film tadi.
Sejatinya, film-film tentang minoritas, tentang pergerakan kesetaraan dan keadilan harusnya diambil dari kacamata pelaku. Bukan karakter kulit putih. Apalagi jika peran mereka seakan menjadi penyelamat, padahal di dunia nyata mereka lebih sering menjadi masalah.
Untuk itu, menonton.id mencoba merangkum daftar beberapa film yang direkomendasikan oleh banyak aktivis afrika-amerika. Film-film ini disebut menangkap isu rasial di Amerika Serikat dengan sangat baik; dari kacamata para pelaku dan korban, bukan dari para white saviour.
Daftar TV Show dan film Black Lives Matter yang perlu ditonton
Berikut adalah daftarnya film dan TV show untuk mempelajari pergerakan Black Lives Matter.
Do the Right Thing (1989)
Sutradara: Spike Lee Pemain: Spike Lee, Danny Aiello, Giancarlo Esposito, Bill Nunn Format: Film Durasi: 120 menit
Spoiler alert:
Film tentang rasisme ini memiliki ending yang hampir serupa apa dengan yang terjadi pada George Floyd. Seorang warga kulit hitam mati ditangan seorang polisi karena dicekik. Hal tersebut kemudian memicu kemarahan banyak warga lain, yang meminta keadilan.
Tidak heran jika banyak aktivis yang menyarankan masyarakat menonton film ini untuk mengetahui lebih lanjut soal gerakan Black Lives Matter.
“Let me tell you the story of Right Hand, Left Hand. It’s a tale of good and evil. Hate: it was with this hand that Cain iced his brother. Love: these five fingers, they go straight to the soul of man. The right hand: the hand of love. The story of life is this: static. One hand is always fighting the other hand, and the left hand is kicking much ass. I mean, it looks like the right hand, Love, is finished. But hold on, stop the presses, the right hand is coming back. Yeah, he got the left hand on the ropes, now, that’s right. Ooh, it’s a devastating right and Hate is hurt, he’s down. Left-Hand Hate KOed by Love.”
Radio Raheem
Malcolm X (1992)
Sutradara: Spike Lee Pemain: Denzel Washington, Angela Bassett, Albert Hall, Delroy Lindo Format: Film Durasi: 201 menit
Film ini bercerita tentang biografi dari Malcolm X. Seorang pemimpin Black Nationalist.
Di masa mudanya, ia adalah seorang gangster yang akhirnya bertobat menjadi petinggi Nation of Islam di Amerika Serikat, dan mulai memimpin pergerakan perlawanan diskriminasi terhadap masyarakat kulit hitam.
“Brothers and sisters, I am here to tell you that I charge the white man. I charge the white man with being the greatest murderer on earth. I charge the white man with being the greatest kidnapper on earth. There is no place in this world that this man can go and say he created peace and harmony. Everywhere he’s gone, he’s created havoc.
Everywhere he’s gone, he’s created destruction. So I charge him. I charge him with being the greatest kidnapper on this earth! I charge him with being the greatest murderer on this earth! I charge him with being the greatest robber and enslaver on this earth! I charge the white man with being the greatest swine-eater on this earth.
The greatest drunkard on this earth! He can’t deny the charges! You can’t deny the charges! We’re the living proof *of* those charges! You and I are the proof. You’re not an American, you are the victim of America.
You didn’t have a choice coming over here. He didn’t say, “Black man, black woman, come on over and help me build America”. He said, “Nigger, get down in the bottom of that boat and I’m taking you over there to help me build America”.
Being born here does not make you an American. I am not an American, you are not an American. You are one of the 22 million black people who are the *victims* of America.
You and I, we’ve never see any democracy. We didn’t see any… democracy on the-the cotton fields of Georgia, wasn’t no democracy down there. We didn’t see any democracy. We didn’t see any democracy on the streets of Harlem or on the streets of Brooklyn or on the streets of Detroit or Chicago.
Ain’t no democracy down there. No, we’ve never seem democracy! All we’ve seen is hypocrisy! We don’t see any American Dream. We’ve experienced only the American Nightmare!”
Malcolm X
Fruitvale Station (2013)
Sutrada: Ryan Coogler Pemain: Michael B. Jordan, Melonie Diaz, Kevin Durand, Chad Michael Murray Format: Film Durasi: 85 menit
Film tentang rasisme ini berkisah tentang hari terkhir Oscar Grant III. Ayah berusia 22 tahun ini menjadi korban kebrutalan polisi saat ia harus mati ditembak oleh polisi di Fruitvale Station saat akan pulang ke rumahnya.
Sebuah film yang menggambarkan salah satu pesan utama Black Lives Matter.
“You shot me. I got a daughter…”
Oscar Grant
Dear White People (2014)
Sutradara: Justin Simien Pemain: Tessa Thompson, Tyler James, Williams, Teyonah Parris, Brandon P. Bell Format: Film Durasi: 108 menit Platform: Netflix
Film ini berfokus pada bagaimana nyatanya ketegangan rasial di sebuah kampus ternama. Dengan mengambil banyak sudut pandang dari para karakter mahasiswa kulit hitam.
“Black people can’t be racist. Prejudice, yes, but not racist. Racism describes a system of disadvantage based on race. Black people can’t be racist since we don’t stand to benefit from such a system.”
Sam White
13th (2016)
Sutradara: Ava DuVernay Penulis: Ava DuVernay, Spencer Averick Sinematografi: Hans Charles, Kira Kelly Format: Dokumenter Durasi: 100 menit Platform: Netflix
Film dokumenter ini menyajikan bagaimana isu rasial di Amerika Serikat sudah sangat mengakar, bahkan pada produk-produk hukumnya yang mendiskriminasi warga kulit hitam. Mulai dari perbudakan hingga segregasi sosial.
“The Bureau of Justice reported that one in three young black males is expected to go to jail or prison during his lifetime, which is an unbelievably shocking statistic.”
Bryan Stevenson
Moonlight (2016)
Sutradara: Barry Jenkins Pemain: Trevante Rhodes, André Holland, Janelle Monáe, Mahershala Ali Format: Film Durasi: 111 menit
Film ini memiliki peranan penting dalam menceritakan bagaimana seseorang tumbuh menjadi bagian dari komunitas LGBTQ kulit hitam. Tidak heran ketika film ini kemudian memenangkan Best Picture Piala Oscar 2017.
“Let me tell you something, man. There are black people everywhere. You remember that, okay? No place you can go in the world ain’t got no black people, we was the first on this planet.”
Juan
The Death and Life of Marsha P. Johnson (2017)
Sutradara: David France Penulis: David France, Mark Blane Sinematografi: Tom Bergmann, Adam Uhl Format: Dokumenter Durasi: 105 menit Platform: Netflix
Dokumenter ini mengikuti kisah Marsha P. John. Seorang aktivis gay semasa hidupnya di tahun 1960-an hingga 1990-an. Di dalamnya juga diceritakan tentang investigasi kematian Johnson yang mencurigakan.
“Really, everybody goes sooner or later. Tomorrow’s not promised to anyone. I learned that in church when I was five years old. And I’ve never forgotten it. So, uh, every day counts.”
Marsha P. Johnson
I Am Not Your Negro (2017)
Sutradara: Raoul Peck Penulis: James Baldwin, Raoul Peck Narrator: Samuel L. Jackson Format: Dokumenter Durasi: 95 menit
Dokumenter ini dinominasikan sebagai Best Documentary Feature di ajang Piala Oscar 2017, dan memenangkan Best Documentary BAFTA di tahun yang sama.
Film ini berisikan sejarah rasisme di Amerika Serikat melalui sudut pandang James Baldwin ketika ia mengingat aktivitas lain seperti Medgar Evers, Malcolm X, dan Martin Luther King Jr..
“All of the Western nations have been caught in a lie, the lie of their pretended humanism. This means that their history has no moral justification, and that the West has no moral authority. “Vile as I am,” states one of the characters in Dostoevsky’s The Idiot, “I don’t believe in the wagons that bring bread to humanity. For the wagons that bring bread to humanity, may coldly exclude a considerable part of humanity from enjoying what is brought.”
James Baldwin
LA 92 (2017)
Sutradara: Daniel Lindsay, T. J. Martin Editor: Daniel Lindsay, T. J. Martin Format: Dokumenter Durasi: 114 menit Platform: National Geographic, YouTube
Film ini berisikan rekaman-rekaman arsip dari kerusuhan yang terjadi di Los Angeles tahun 1992.
Kerusuhan ini dipicu dari putusan pengadilan yang membebaskan para polisi yang dengan brutal menyiksa Rodney King, seorang warga kulit hitam.
Padahal, terdapat video yang jelas-jelas menangkap kebrutalan para polisi tersebut.
“Mr. President, all of us I think have been stunned by what has happened. And I can’t imagine that the chief or anybody else in the city would condone the kind of conversation that took place-both electronically and by voice- in that Foothill division that night. Blacks are not animals. They’re not lizards. They’re not apes. They’re not gorillas anymore than any of us are. They’re human beings. The first way to open the door to brutalizing people in any place is to cheapen their worth as human beings. And when I read the transcripts of the conversation, I was appalled. But the ability to freely converse in racist terminology suggests a level of tolerance for that kind of discussion that- that is unacceptable by any standard of decency.”
Zev Yaroslavsky, Los Angeles City Council member
Mudbound (2017)
Sutradara: Dee Rees Pemain: Mary J. Blige, Carey Mulligan, Jason Clarke, Jason Mitchell Format: Film Durasi: 134 menit Platform: Netflix
Bercerita tentang bagaimana veteran Perang Dunia II harus kembali ke Mississippi, Amerika Serikat dan berhadapan dengan rasisme.
Film ini mendapatkan banyak pujian dari kritikus film, terutama dari penampilan Mary J. Blige.
“What good is a deed? My grandfathers and great uncles, grandmothers and great aunts, father and mother, broke, tilled, thawed, planted, plucked, raised, burned, broke again. Worked this land all they life, this land that never would be theirs. They worked until they sweated. They sweated until they bled. They bled until they died. Died with the dirt of this same 200 acres under their fingernails. Died clawing at the hard, brown back that would never be theirs. All their deeds undone. Yet this man, this place, this law… say you need a deed. Not deeds.”
Hap Jackson
The Hate U Give (2018)
Sutradara: George Tillman Jr. Pemain: Amandla Stenberg, Regina Hall, Russell Hornsby, K. J. Apa Format: Film Durasi: 133 menit
Film ini berkisah tentang bagaimana seorang anak muda harus menghadapi dunianya setelah menyaksikan sebuah penembakan oleh polisi.
Korban penembakat itu adalah teman baiknya dari kecil. Ia pun harus menghadapi tekanan dari beragam pihak.
“How many more of us do you have to kill before you get it?”
Starr Carter to cops
If Beale Street Could Talk (2018)
Sutradara: Barry Jenkins Pemain: KiKi Layne, Stephan James, Regina King, Teyonah Parrish Format: Film Durasi: 117 menit Platform: Netflix
Film ini bercerita tentang perjuangan seorang perempuan ketika ia harus membuktikan bahwa teman yang juga kekasihnya tidak bersalah atas tindakan kriminal.
Semua ini ia lakukan ketika sedang mengandung anak dari kekasihnya tersebut.
“Maybe I’d feel different if I had done something and got caught, but I ain’t do nothing. They was playin’ with me because they knew they could. And look, I’m lucky that I only got two years because… when you in there they can do with you whatever they want. You hear me? What… ever… they want.”
Daniel Carty
King in the Wilderness (2018)
Sutradara: Peter Kunhardt Sinematografi: Clair Popkin Editor: Steven J. Golliday, Maya Mumma Format: Dokumenter Durasi: 111 menit Platform: HBO
Film ini mengangkat bagaimana perjuangan pergerakan kesetaraaan yang dilakukan oleh Martin Luther King Jr..
Lewat video, wawancara, foto, dan beragam dokumentasi tentangnya; hingga akhirn hidupnya ketika ia tewas ditembak.
“Dr. King looked me straight in the eye and said, ‘If we can’t drive, we run… you can’t run, you walk… can’t walk, you crawl.. but keep moving forward.”
Just Mercy (2019)
Sutradara: Destin Daniel Cretton Pemain: Michael B. Jordan, Jamie Foxx, Brie Larson, Rob Morgan Format: Film Durasi: 137 menit
Film courtroom drama ini menuturkan kisah dari Bryan Stevenson, seorang pengacara berkulit hitam yang berusaha menegakkan keadilan.
Ia mencoba membuktikan bahwa seorang terdakwa hukuman mati berkulit hitam tidak bersalah seperti yang dituduhkan.
Salah mendakwa hanya karena alasan ras dan warna kulit adalah sebuah hal yang coba dilawan oleh pergerakan Black Lives Matter dan film ini.
“Through this work, I’ve learned that each of us is more than the worst thing that we’ve ever done; that the opposite of poverty isn’t wealth, the opposite of poverty is justice; that the character of our nation isn’t reflected on how we treat the rich and the privileged, but how we treat the poor, the disfavored, and condemned.”
Bryan Stevenson
When They See Us (2019)
Sutradara: Ava DuVernay Pemain: Asante Blackk, Jharrel Jerome, Caleel Harris, Ethan Herisse, Marquis Rodriguez Format: Miniseries Durasi: 64 - 88 menit Platform: Netflix
Film dan TV show Black Lives Matter diceritakan dengan nyata lewat miniseries When They See Us.
Gambaran rasialisme kepolisian Amerika Serikat terlihat jelas ketika mereka menahan lima pemuda dengan tuduhan tidak berdasar.
Mereka dijebak dan dipaksa mengaku akan tindakan kriminal yang tidak mereka lakukan; mengakibatkan kelima anak tersebut harus menjalani hukuman belasan tahun penjara.
“They said if I was there and if I went along with it, that I could go home. And that’s all I wanted. That’s all I wanted, was to go home. That’s all I still want.”
Korey Wise
***
Jangan lupa untuk terus menjelajahi dunia hiburan di menonton.id, di mana kamu bisa menemukan artikel-artikel menarik tentang film, serial TV, dan berita hiburan lainnya. Ikuti juga kami di media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, YouTube,TikTok, dan Google News untuk mengetahui berita dan rekomendasi terbaru tentang film.