Proyek teater West End baru yang mengangkat karya klasik Shakespeare, “Romeo and Juliet,” baru-baru ini selesai melakukan pertunjukkan perdananya.
Tom Holland, yang terkenal dengan perannya sebagai Spider-Man, berperan sebagai Romeo di sini.
Namun, yang menarik perhatian adalah pemilihan Francesca Amewudah-Rivers sebagai Juliet.
Kombinasi ini menjanjikan produksi yang unik dan menarik, namun tidak lepas dari kontroversi.
Dalam adaptasi terbaru ini, tentu saja akan ada pembaruan pada cerita Romeo & Juliet yang disesuaikan dengan era sekarang, namun detailnya belum banyak terlihat.
Ini menandakan bahwa produser ingin memberikan kejutan dan pendekatan yang segar kepada penonton.
Tapi saat diumumkan, dan first look-nya dirilis ke publik, banyak komentar rasis yang keluar di berbagai platform media sosial.
Siapa Francesca Amewudah-Rivers?
Francesca sebelumnya dikenal dari dua musim serial BBC Bad Education dan telah bermain di tiga film pendek.
Kini, dia berkesempatan beradu akting dengan aktor sekelas Tom Holland.
Namun, sejak diumumkan, banyak netizen yang protes akan pemilihan casting ini, dan tidak sedikit yang memberikan komentar rasis.
Beberapa pihak memprotes pemilihan Francesca sebagai Juliet, dengan alasan ia berkulit hitam dan wajahnya tidak dianggap cantik secara universal.
Komentar rasis muncul dari banyak orang. Namun, sang produser tetap tidak peduli dan melanjutkan produksi.
Mereka yang Protes Tidak Memahami Shakespeare dengan Baik
Saya membaca karya Shakespeare beberapa kali. Walau saya tidak mengklaim diri saya ahli.
Tapi, saya merasa mereka yang memprotes pemilihan casting ini, tidak punya alasan yang valid dalam penolakannya.
Saya akan jabarkan satu-satu kenapa.
1. Romeo and Juliet adalah Karya Fiksi
Ya. Untuk yang belum tahu, Romeo and Juliet ini adalah karya fiksi.
2. Shakespeare Tidak Pernah Menyebut Ras Karakternya
Shakespeare tidak pernah menyebutkan secara eksplisit bahwa Romeo dan Juliet adalah orang kulit putih.
Kisah ini memang menggambarkan dua keluarga Italia, tetapi tidak ada penjelasan eksplisit mengenai ras mereka.
Demikian pula, Shakespeare tidak pernah menyatakan bahwa Romeo dan Juliet memiliki wajah yang dianggap “ganteng” atau “cantik” secara universal.
Dalam karyanya, penilaian kecantikan muncul dari sudut pandang karakter masing-masing, bukan sebagai standar universal.
After all, mereka sedang jatuh cinta. Ya tentu saja Romeo akan bilang Juliet cantik, begitu juga sebaliknya.
3. Sejarah Pertunjukan Romeo & Juliet
Dalam era Elizabethan, ketika Romeo and Juliet pertama kali dipentaskan, baik peran Romeo maupun Juliet diperankan oleh laki-laki, karena perempuan tidak boleh tampil di panggung pertunjukkan.
Jadi, sebenarnya siapapun bisa berperan sebagai Romeo maupun Juliet.
Dan juga mereka tidak perlu seganteng dan seputih Leonardo DiCaprio atau Claire Danes.
4. Karya Shakespeare Bisa Diperankan oleh Siapapun
Adaptasi Shakespeare oleh aktor kulit berwarna bukanlah hal baru.
Sebagai contoh, ini bukan pertama kalinya Juliet diperankan oleh POC. Di tahun 2013, Orlando Bloom dan Condola Rashad berperan sebagai Romeo & Juliet di produksi Broadway.
Rashad adalah perempuan berkulit hitam, dan dia mendapatkan banyak pujian akan performanya.
Denzel Washington memerankan karakter utama dalam film The Tragedy of Macbeth (2021), menunjukkan bahwa Shakespeare bisa diinterpretasikan melalui berbagai lensa budaya dan ras.
Denzel juga pernah berperan Don Pedro di adaptasi Much Ado About Nothing (1993) yang disutradarai Kenneth Branagh.
Laurence Fishburne juga pernah berperan sebagai Othello di film adaptasinya di tahun 1995.
Hal ini menegaskan bahwa karya Shakespeare bersifat universal dan bisa diadaptasi oleh siapapun.
6. Kisah Romance dan Tragedi Universal
Romeo and Juliet adalah tragedi fiksi yang tak habis dimakan zaman karena universalitas kisah romance dan tragedinya.
Siapapun bisa relate dengan kisah ini, tanpa memandang gender, penampilan, status sosial, atau latar belakang.
Mau itu antara hubungan antar laki-laki dan perempuan, mau itu laki-laki dan laki-laki, mau perempuan dengan perempuan, mau si jelek dengan si jelek, mau si cakep dengan si cakep, mau si cakep dengan si jelek, mau di kaya dengan si miskin, mau si miskin dengan si miskin, atau siapapun, Romeo and Juliet adalah tragedi dan romance universal.
Ini membuktikan bahwa siapapun bisa menjadi Romeo atau Juliet.
Are You a Racist?
Melihat semua alasan di atas, tidak ada argumen yang dapat membenarkan komentar negatif dan rasis terhadap Francesca Amewudah-Rivers.
Mereka yang memprotes tidak memiliki argumen lain selain prasangka dan ketidakmampuan untuk melihat esensi dari karya Shakespeare.
Hanya satu alasan dan argumen kenapa mereka berkomentar seperti itu: Mereka adalah seorang rasis.
Jangan lupa untuk terus menjelajahi dunia hiburan di menonton.id, di mana kamu bisa menemukan artikel-artikel menarik tentang film, serial TV, dan berita hiburan lainnya. Ikuti juga kami di media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, YouTube,TikTok, dan Google News untuk mengetahui berita dan rekomendasi terbaru tentang film.